Transformasi digital kini menjadi keharusan, bukan lagi pilihan. Pemerintah mendorong semua industri, termasuk Dana Pensiun (Dapen), untuk ikut dalam arus digitalisasi. Salah satu target ambisiusnya: setiap Dapen diharapkan memiliki aplikasi digital sendiri. Namun, di balik dorongan ini, industri Dapen menghadapi berbagai tantangan serius yang tak bisa diabaikan.


Dorongan Regulasi: Inovasi atau Tekanan?

Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya digitalisasi untuk mendorong transparansi, efisiensi, dan kemudahan layanan peserta dana pensiun. Aplikasi digital menjadi simbol kesiapan menghadapi era teknologi yang makin maju.

Namun demikian, tidak semua lembaga Dapen memiliki sumber daya dan kesiapan teknologi yang sama. Beberapa masih berkutat pada sistem manual atau semi-digital yang sudah berjalan bertahun-tahun.


Tantangan Utama: Bukan Sekadar Soal Teknologi

Berikut adalah tantangan utama yang dihadapi industri Dapen dalam digitalisasi:

  1. Keterbatasan SDM Digital
    Banyak Dapen, terutama yang skala kecil, belum memiliki tim IT internal yang mumpuni. Akibatnya, proses migrasi digital sering kali terhambat atau tidak maksimal.
  2. Biaya Pengembangan Aplikasi
    Membangun aplikasi bukan hanya tentang desain antarmuka. Diperlukan keamanan data, integrasi sistem, dan dukungan pemeliharaan. Semua ini menuntut anggaran besar, yang belum tentu dimiliki setiap Dapen.
  3. Ketergantungan pada Vendor Eksternal
    Karena keterbatasan internal, banyak Dapen bergantung pada pihak ketiga. Sayangnya, ini justru membuka potensi risiko keamanan data dan ketergantungan jangka panjang.
  4. Kurangnya Literasi Digital Peserta
    Tak sedikit peserta dana pensiun masih gagap teknologi. Jika aplikasi tidak user-friendly atau tidak disertai edukasi yang memadai, maka manfaat digitalisasi tidak akan maksimal.

Langkah Strategis yang Perlu Diterapkan

Meski tantangan banyak, bukan berarti tidak bisa diatasi. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Kolaborasi antar-Dapen
    Dapen dengan sumber daya terbatas bisa menjalin kemitraan atau berbagi platform dengan Dapen lain untuk efisiensi biaya dan waktu.
  • Fokus pada kebutuhan utama peserta
    Tidak semua fitur harus kompleks. Memulai dari fungsi sederhana seperti cek saldo atau simulasi manfaat bisa menjadi langkah awal yang efektif.
  • Pelatihan internal dan edukasi peserta
    Digitalisasi tidak hanya soal sistem, tetapi juga manusia. SDM internal dan peserta perlu diberi pemahaman agar adopsi teknologi lebih cepat.

Kesimpulan: Digitalisasi Dapen, Perlu Strategi Bukan Sekadar Instruksi

Mendorong setiap Dana Pensiun memiliki aplikasi digital memang langkah progresif. Namun, jika dilakukan tanpa mempertimbangkan kesiapan industri, hasilnya bisa kontraproduktif. Oleh karena itu, strategi digitalisasi harus disesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan masing-masing Dapen.

Similar Posts