society.co.id – Sampdoria, salah satu klub sepak bola paling bersejarah di Italia, harus menerima kenyataan pahit terdegradasi ke Serie C setelah musim yang penuh gejolak. Klub yang pernah meraih gelar Serie A pada tahun 1991 ini terpuruk dalam kekacauan internal dan buruknya performa di lapangan, hingga akhirnya gagal mempertahankan tempatnya di kasta kedua sepak bola Italia. Berikut adalah kilas balik perjalanan sulit Sampdoria di musim ini.
Musim Penuh Gejolak dengan Empat Pelatih
Salah satu penyebab utama degradasi Sampdoria ke Serie C adalah kurangnya stabilitas di kursi kepelatihan. Musim ini, Sampdoria berganti pelatih sebanyak empat kali, mencerminkan krisis manajemen yang mendalam. Pergantian pelatih ini jelas berdampak negatif pada konsistensi permainan tim. Setiap pelatih datang dengan taktik dan filosofi yang berbeda, membuat para pemain kesulitan untuk beradaptasi dan menemukan ritme permainan yang stabil.
Pelatih pertama yang memulai musim adalah Marco Giampaolo, yang kembali ke klub dengan harapan membawa stabilitas. Namun, hasil buruk di awal musim membuat manajemen memutuskan untuk menggantinya. Penggantinya, Dejan Stankovic, mantan gelandang Inter Milan, juga gagal mengangkat performa tim meski sempat menunjukkan beberapa momen positif. Setelahnya, dua pelatih lain mencoba memperbaiki keadaan, namun tak ada yang berhasil menghentikan tren negatif ini.
Masalah Finansial dan Krisis Internal
Selain masalah di lapangan, Sampdoria juga dihantam krisis finansial yang memperburuk situasi klub. Kesulitan membayar gaji pemain dan karyawan membuat suasana di ruang ganti semakin tidak kondusif. Beberapa pemain andalan bahkan memilih hengkang karena ketidakpastian finansial, meninggalkan klub dalam kondisi yang semakin rapuh.
Di luar masalah finansial, konflik internal antara pemilik klub dan jajaran manajemen juga memperparah situasi. Ketidakjelasan visi dan strategi klub membuat Sampdoria kehilangan arah, berimbas langsung pada penampilan di lapangan.
Pendukung Setia yang Tetap Berdiri
Meskipun musim ini penuh kekecewaan, para pendukung setia Sampdoria, yang dikenal dengan sebutan “Blucerchiati,” tetap menunjukkan dukungan mereka. Stadion Luigi Ferraris di Genoa masih dipenuhi nyanyian dan sorakan dari para tifosi yang berharap klub kesayangan mereka bisa bangkit di masa depan. Mereka tetap hadir, bahkan saat tim mereka terpuruk ke dasar klasemen, menunjukkan bahwa loyalitas sejati tidak pernah pudar meski dalam masa tersulit.
Harapan untuk Kebangkitan
Kini, dengan terdegradasinya Sampdoria ke Serie C, klub ini harus berjuang keras untuk bangkit. Tantangan yang dihadapi jelas tidak ringan, namun sejarah telah membuktikan bahwa Sampdoria mampu kembali ke papan atas jika berhasil membenahi manajemen dan membangun kembali fondasi yang kuat. Dengan komitmen dan perencanaan yang tepat, para penggemar berharap melihat Sampdoria kembali ke Serie A suatu hari nanti.