Dalam menghadapi tantangan sosial yang semakin kompleks, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersiap menggelar Kongres Keluarga Perkotaan. Acara ini menjadi bagian dari komitmen organisasi Islam terbesar di Indonesia untuk membahas persoalan-persoalan krusial dalam kehidupan keluarga perkotaan, mulai dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) hingga maraknya judi online (judol).
Dengan meningkatnya dinamika kehidupan modern, keluarga-keluarga di kota menghadapi tekanan yang berbeda dari sebelumnya. Oleh karena itu, PBNU melihat perlunya pendekatan kolaboratif untuk mencari solusi konkret.
Fokus Utama: KDRT dan Judol Jadi Sorotan
KDRT masih menjadi salah satu isu paling genting yang dihadapi keluarga Indonesia, terutama di wilayah perkotaan. Gaya hidup yang serba cepat, tekanan ekonomi, serta kurangnya komunikasi antar anggota keluarga seringkali memicu konflik rumah tangga.
Di sisi lain, fenomena judol atau judi online telah menjangkiti banyak keluarga, tak terkecuali dari kalangan muda. Akses yang mudah dan promosi yang masif di media sosial membuat praktik ilegal ini semakin sulit dibendung. Dampaknya tak hanya pada ekonomi keluarga, tetapi juga pada moral dan ketahanan rumah tangga.
PBNU menyadari bahwa kedua masalah ini memiliki akar yang dalam dan perlu ditangani secara sistematis. Kongres ini menjadi langkah awal yang strategis.
Tujuan Kongres: Bangun Kesadaran dan Solusi Berbasis Komunitas
Melalui kongres ini, PBNU ingin mendorong kesadaran kolektif mengenai pentingnya memperkuat ketahanan keluarga di tengah tantangan zaman. Acara ini akan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, akademisi, praktisi sosial, dan tentu saja komunitas Nahdliyin dari berbagai daerah.
Beberapa agenda penting yang akan dibahas antara lain:
- Strategi pencegahan KDRT melalui pendekatan agama dan psikologis
- Edukasi bahaya judol dan literasi digital untuk keluarga
- Penguatan peran majelis taklim dan masjid dalam mendampingi keluarga
- Pemberdayaan ekonomi keluarga berbasis komunitas
Dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis nilai, PBNU berharap solusi yang dihasilkan bisa diterapkan langsung di masyarakat.
PBNU Ingin Jadi Garda Terdepan dalam Isu Sosial
Langkah PBNU ini menunjukkan bahwa organisasi keagamaan tidak hanya fokus pada ibadah semata, tetapi juga pada problem sosial yang nyata. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menegaskan bahwa keluarga adalah fondasi bangsa. Jika keluarga hancur, maka masyarakat akan ikut rapuh.
Oleh karena itu, kongres ini juga akan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan kepada pemerintah, sebagai bentuk kontribusi nyata dari organisasi sipil dalam pembangunan sosial.
Penutup: Momentum Bersama Lindungi Keluarga
Kongres Keluarga Perkotaan yang digagas PBNU bukan sekadar forum diskusi, melainkan panggilan moral untuk menyelamatkan keluarga Indonesia dari ancaman yang kian nyata. KDRT dan judol hanyalah dua dari sekian banyak masalah yang perlu ditangani dengan pendekatan kolektif.
Sudah saatnya kita semua, baik pemerintah, organisasi masyarakat, maupun individu, bergerak bersama. Keluarga yang kuat akan membentuk masyarakat yang sehat. Dan masyarakat sehat adalah fondasi bangsa yang maju.