Terapi sel punca kini menjadi harapan besar dalam dunia medis. Selain digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kronis, teknologi ini juga mulai diterapkan untuk meregenerasi tulang yang rusak akibat kanker maupun HIV. Seorang dokter ahli menjelaskan bagaimana terapi ini bekerja dan potensinya dalam membantu pasien mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.


Apa Itu Terapi Sel Punca?

Sebelum memahami manfaatnya, kita perlu mengetahui apa itu sel punca (stem cell). Sel punca adalah sel khusus yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh, termasuk sel tulang. Karena sifat uniknya ini, sel punca sangat berharga dalam dunia medis, terutama untuk perbaikan jaringan yang rusak atau hancur akibat penyakit berat.

Menurut dr. Anindya Prameswari, spesialis ortopedi dan traumatologi, terapi sel punca bisa menjadi solusi regeneratif untuk pasien kanker dan HIV yang mengalami kerusakan tulang serius. “Sel punca mampu merangsang pertumbuhan tulang baru dan memperbaiki jaringan yang mengalami keropos atau kehancuran akibat efek samping pengobatan atau infeksi virus,” jelasnya.


Tulang Rusak Akibat Kanker dan HIV

Kanker, terutama kanker tulang atau metastasis yang menyebar ke tulang, dapat menghancurkan struktur tulang secara progresif. Begitu pula HIV, yang bisa mempercepat kerapuhan tulang karena efek dari virus maupun dampak jangka panjang obat antiretroviral.

“Pasien dengan HIV kronis sering mengalami osteoporosis dini, bahkan patah tulang hanya karena aktivitas ringan,” ungkap dr. Anindya. Dalam kasus seperti ini, terapi konvensional sering tidak cukup, sehingga terapi regeneratif seperti sel punca menjadi sangat menjanjikan.


Bagaimana Terapi Sel Punca Bekerja?

Terapi ini biasanya melibatkan pengambilan sel punca dari tubuh pasien sendiri, misalnya dari sumsum tulang belakang atau lemak tubuh. Setelah itu, sel diproses dan disuntikkan ke area tulang yang rusak. Selanjutnya, sel punca akan bertransformasi menjadi sel tulang baru dan mendorong perbaikan jaringan.

Hasil awal menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan kepadatan tulang, berkurangnya nyeri, dan kemampuan gerak yang membaik setelah beberapa bulan terapi. Meski masih dalam tahap pengembangan, hasilnya sangat positif dan memberi harapan baru bagi pasien dengan kondisi kronis.


Terbuka untuk Masa Depan Dunia Medis

Meski masih tergolong terapi inovatif, penggunaan sel punca untuk regenerasi tulang sudah mulai diterapkan di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia. Pemerintah dan lembaga riset juga mulai mendorong pengembangan terapi ini agar bisa diakses lebih luas oleh masyarakat.

“Yang terpenting adalah edukasi dan regulasi. Masyarakat harus tahu bahwa ini bukan terapi instan, tetapi proses medis yang telah melalui uji ilmiah,” tegas dr. Anindya.


Kesimpulan: Masa Depan Pengobatan Tulang Ada di Sel Punca

Terapi sel punca membuka lembaran baru dalam pengobatan kerusakan tulang akibat kanker dan HIV. Dengan pendekatan yang semakin personal dan minim efek samping, terapi ini dapat memberikan peluang pemulihan yang lebih baik bagi pasien dengan kondisi yang sebelumnya dianggap sulit ditangani. Di masa depan, terapi regeneratif seperti ini berpotensi menjadi standar baru dalam dunia ortopedi dan imunologi.

Similar Posts