Langkah tegas Dedi Mulyadi dalam menangani pelajar nakal kembali menarik perhatian publik. Ia menggagas program pembinaan di barak militer bagi siswa yang terlibat dalam kenakalan remaja. Meski menuai pro dan kontra, dukungan pun datang dari Menteri Hukum dan HAM, yang melihat pendekatan ini sebagai alternatif untuk membentuk karakter generasi muda.


💡 Latar Belakang: Kenakalan Remaja Kian Marak

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena kenakalan remaja seperti tawuran, geng motor, dan perundungan di sekolah meningkat. Dedi Mulyadi, yang dikenal dengan pendekatan taktis dan berani, menilai bahwa tindakan disipliner berbasis pembinaan lebih dibutuhkan ketimbang sekadar sanksi administratif.

Melalui program ini, siswa bermasalah akan dikirim ke barak militer dalam jangka waktu tertentu. Di sana, mereka akan mendapatkan pembinaan fisik dan mental, bukan pelatihan tempur, melainkan pendidikan disiplin, etika, dan kerja sama.


✅ Dukungan Menteri HAM: Antara Tegas dan Manusiawi

Menariknya, kebijakan ini mendapat restu dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Menteri menyebut bahwa langkah tersebut bukanlah bentuk pelanggaran HAM, melainkan strategi alternatif dalam mendidik anak bangsa. Dengan catatan, pembinaan dilakukan secara terukur, manusiawi, dan tetap menghargai hak anak.

Menurutnya, tidak semua masalah remaja bisa diselesaikan di ruang kelas atau melalui pendekatan psikologis semata. Terkadang, dibutuhkan lingkungan yang mampu membentuk kebiasaan baru dan memperbaiki pola pikir.


🔄 Tanggapan Publik: Pro-Kontra Muncul

Sebagian masyarakat menyambut baik program ini. Banyak orang tua merasa bahwa disiplin yang diajarkan di barak militer akan membentuk anak lebih bertanggung jawab. Di sisi lain, sejumlah aktivis pendidikan dan perlindungan anak meminta evaluasi menyeluruh atas kebijakan ini.

Mereka khawatir, jika tidak diawasi dengan ketat, pelaksanaan program justru bisa mencederai psikologis anak. Oleh karena itu, pengawasan independen dari lembaga seperti Komnas HAM dan Komnas Perlindungan Anak dianggap perlu untuk menjamin hak-hak anak tetap terpenuhi.


🛠️ Pembinaan, Bukan Penghukuman

Perlu ditegaskan, Dedi Mulyadi sendiri menekankan bahwa program ini bukan bentuk hukuman, tetapi pembinaan karakter. Ia ingin menghidupkan kembali nilai-nilai kedisiplinan yang selama ini mulai luntur. Anak-anak tidak akan dilatih untuk berperang, melainkan diajarkan pentingnya bangun pagi, kerja sama tim, kepedulian, dan semangat pantang menyerah.

Dengan pendekatan ini, ia berharap para pelajar kembali ke sekolah sebagai pribadi yang lebih bertanggung jawab dan siap bersosialisasi dengan baik.


🧭 Kesimpulan: Langkah Berani untuk Masa Depan Generasi Muda

Langkah Dedi Mulyadi yang didukung oleh Menteri HAM menunjukkan bahwa pembinaan karakter bisa dilakukan melalui berbagai cara, selama tetap menjunjung prinsip hak asasi manusia. Jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan pengawasan, program ini berpotensi menjadi solusi inovatif bagi pendidikan karakter di Indonesia.

Similar Posts