Kabinet Jokowi di Ujung Masa, Kabinet Prabowo di Depan Mata

Menjelang akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, perhatian publik mulai beralih ke formasi kabinet Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Spekulasi soal siapa yang akan tetap bertahan dan siapa yang akan tersingkir dari kursi menteri terus menjadi bahan diskusi hangat. Di tengah kondisi ini, beberapa menteri Jokowi mulai melakukan manuver politik untuk mempertahankan posisi mereka atau setidaknya tetap relevan dalam pemerintahan selanjutnya.

Tak bisa dipungkiri, transisi kekuasaan membawa ketidakpastian bagi para menteri. Namun, sebagian dari mereka tampaknya sudah membaca peta politik lebih awal dan mulai bergerak secara strategis untuk menghindari kemungkinan tersingkir dalam reshuffle kabinet Prabowo.

Manuver Politik: Lobi, Afiliasi, dan Rebranding

Sejumlah menteri diketahui aktif melakukan pendekatan politik ke lingkaran Prabowo. Cara ini dilakukan melalui lobi personal, pendekatan partai, hingga kerja sama program lintas kementerian yang dianggap menguntungkan pemerintahan berikutnya.

Tidak hanya itu, beberapa menteri juga mulai “rebranding” citra diri mereka di media sosial dan publik. Mereka menekankan kinerja selama menjabat, mempromosikan keberhasilan program-program unggulan, serta membangun narasi bahwa mereka sejalan dengan visi Prabowo ke depan. Strategi ini dianggap sebagai bentuk diplomasi halus untuk mendapatkan tempat di kabinet baru.

Misalnya, beberapa menteri yang berasal dari partai politik mulai merapat ke koalisi Prabowo-Gibran. Mereka tampil dalam acara-acara penting partai koalisi atau memberikan dukungan terbuka atas kebijakan yang dirancang pemerintahan terpilih, meski belum resmi menjabat.

Reshuffle atau Rotasi: Ancaman atau Kesempatan?

Bagi sebagian pihak, reshuffle kabinet bukan hanya ancaman, tetapi juga kesempatan. Prabowo diyakini akan merombak komposisi menteri secara signifikan untuk menyesuaikan dengan prioritas nasional versinya. Namun, ini juga membuka peluang bagi menteri lama yang memiliki rekam jejak positif untuk dipertahankan, bahkan dipromosikan ke posisi yang lebih strategis.

Dengan kata lain, menteri yang mampu menunjukkan kinerja konkret dan loyalitas politik yang lentur berpotensi dipertimbangkan kembali. Maka tak heran, manuver-manuver ini makin masif dilakukan seiring dekatnya pelantikan presiden baru.

Reaksi Publik dan Pengamat Politik

Publik pun mulai mencermati gerakan para menteri ini. Di media sosial, tak sedikit warganet yang memberi komentar sinis maupun apresiatif atas manuver yang dilakukan. Beberapa pengamat politik menyebut ini sebagai hal lumrah dalam dinamika demokrasi, terutama menjelang perubahan pemerintahan.

“Manuver menteri adalah bagian dari survival politik. Tapi yang harus dijaga adalah etika, agar tidak mengganggu kinerja pemerintahan yang masih berjalan,” ujar salah satu analis dari lembaga riset politik nasional.

Kesimpulan: Politik Itu Dinamis, Menteri Harus Adaptif

Transisi pemerintahan selalu menyisakan ketegangan dan manuver di belakang layar. Menteri-menteri Jokowi kini berlomba menunjukkan nilai tawar politik dan profesionalisme mereka untuk bisa tetap eksis dalam kabinet Prabowo.

Similar Posts