Perkembangan teknologi 5G di Indonesia memasuki fase krusial. Dalam forum teknologi terbaru, President Ericsson Asia-Pacific, David Hägerbro, menekankan pentingnya refarming spektrum mid-band sebagai langkah strategis untuk mempercepat implementasi jaringan 5G yang berkualitas. Ia menyebut bahwa tanpa pengelolaan ulang spektrum, kapasitas dan kecepatan 5G tidak akan optimal.
Pernyataan ini menjadi sorotan karena Indonesia dinilai memiliki potensi besar dalam pengembangan jaringan generasi kelima, namun masih terkendala dalam penyediaan spektrum yang efisien dan merata.
Mengapa Spektrum Mid-band Sangat Penting?
Mid-band—terutama frekuensi 3,5 GHz—merupakan tulang punggung global dalam penggelaran 5G. Frekuensi ini menawarkan kombinasi ideal antara cakupan luas dan kapasitas tinggi, menjadikannya pilihan utama untuk layanan 5G komersial. Banyak negara maju telah lebih dulu mengalokasikan spektrum mid-band khusus untuk 5G, dan hasilnya terbukti signifikan dalam hal kecepatan serta kualitas koneksi.
Di Indonesia, sebagian spektrum mid-band saat ini masih digunakan untuk layanan lain seperti satelit atau jaringan legacy (2G/3G). Oleh karena itu, refarming, atau penataan ulang spektrum, menjadi langkah mendesak agar Indonesia tidak tertinggal dalam revolusi digital global.
Tantangan yang Harus Diatasi
Meski refarming spektrum terdengar teknis, prosesnya memerlukan regulasi yang kuat, koordinasi lintas sektor, dan komitmen dari semua pemangku kepentingan. Salah satu tantangan utama adalah perlunya kompensasi dan negosiasi dengan pemegang lisensi spektrum eksisting.
Selain itu, industri telekomunikasi nasional juga harus siap dari sisi infrastruktur. Penyedia jaringan perlu menyiapkan perangkat keras dan lunak yang kompatibel dengan spektrum baru, serta memastikan interoperabilitas jaringan agar transisi berlangsung mulus.
Namun demikian, jika dilakukan secara tepat, refarming ini akan memberikan dampak positif jangka panjang—mulai dari peningkatan kecepatan internet, efisiensi jaringan, hingga mendorong transformasi digital di sektor industri dan UMKM.
Peluang Besar di Balik Refarming
David Hägerbro menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan demografis dan permintaan digital yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan 5G harus didukung oleh kebijakan spektrum yang progresif. Jika spektrum mid-band tersedia secara optimal, Indonesia bisa mempercepat pemerataan digital, khususnya di sektor-sektor strategis seperti kesehatan, pendidikan, logistik, dan manufaktur.
Transisi menuju ekonomi digital berbasis 5G bukan hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membuka peluang investasi dan lapangan kerja baru. Negara yang cepat beradaptasi dengan ekosistem 5G akan memimpin dalam era industri 4.0 dan 5.0.
Penutup: Momentum untuk Bergerak
Pernyataan bos Ericsson menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia harus segera bertindak. Refarming spektrum mid-band bukan sekadar isu teknis, melainkan kunci utama agar 5G benar-benar menjadi motor penggerak transformasi digital nasional.