Dalam sebuah kunjungan diplomatik penting ke Moskow, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyuarakan aspirasi keluarga korban tragedi Malaysia Airlines MH17 langsung di hadapan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dengan bahasa lugas, Anwar mengangkat kembali isu penembakan pesawat MH17 yang terjadi pada Juli 2014 dan merenggut nyawa 298 penumpang, termasuk 43 warga negara Malaysia.
Pernyataan ini mengejutkan publik internasional karena disampaikan dalam pertemuan bilateral, bukan dalam forum tertutup. Dengan langkah ini, Anwar mempertegas bahwa isu kemanusiaan tidak boleh ditunda, bahkan di ruang-ruang diplomasi paling sensitif.
Tragedi yang Masih Menyisakan Luka
Sejak pesawat MH17 ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina timur, berbagai penyelidikan internasional telah mengarah pada keterlibatan kelompok separatis yang didukung Rusia. Penggunaan sistem rudal BUK buatan Rusia menjadi sorotan dalam laporan resmi investigasi oleh Joint Investigation Team (JIT).
Namun hingga kini, belum ada pertanggungjawaban politik atau hukum yang final dari pihak yang dianggap terlibat.
Menuntut Transparansi dan Tanggung Jawab
Dalam pernyataannya, Anwar tidak hanya meminta keadilan, tetapi juga menyerukan transparansi. Ia mengatakan bahwa rasa kehilangan yang dirasakan para keluarga korban tidak akan hilang sampai kebenaran diungkap sepenuhnya dan pihak bertanggung jawab diberi sanksi setimpal.
“Sebagai bangsa berdaulat dan beradab, kita tidak boleh membiarkan tragedi ini terkubur oleh waktu. Keadilan harus dicapai, tidak peduli seberapa kuat lawan bicara kita,” ujar Anwar.
Pernyataan ini menjadi simbol bahwa Malaysia tidak melupakan dan tidak menyerah dalam mencari keadilan bagi warganya.
Respons Dunia dan Tantangan Diplomatik
Tentu saja, pidato Anwar ini mendapat perhatian besar dari dunia internasional. Banyak pihak menilai bahwa Malaysia mengambil posisi moral yang kuat, meskipun menghadapi tantangan diplomatik yang kompleks dengan Rusia.
Sementara itu, Kremlin sendiri dilaporkan belum memberikan tanggapan resmi yang substansial atas penyataan tersebut. Namun, langkah berani Anwar telah menghidupkan kembali diskusi global mengenai tragedi MH17, yang selama beberapa tahun terakhir mulai tenggelam di tengah isu-isu geopolitik lainnya.
Kesimpulan: Keadilan Tak Boleh Ditunda
Langkah Anwar Ibrahim berbicara langsung kepada Putin mengenai MH17 bukan hanya tindakan diplomatik, melainkan pernyataan moral yang tegas. Ini menunjukkan bahwa Malaysia tetap berkomitmen menuntut keadilan bagi korban dan keluarganya.